Sindrom Gagal Lebaran Kenapa Setelah Hari Raya Malah Ngerasa Kosong?!
- HP Music
- 2 Apr
- 3 menit membaca
Fenomena ‘Post-Lebaran Blues’ ini nyata & banyak yang ngalamin! Kamu juga?"

🔥 "Lebaran udah lewat, tapi kok malah ngerasa kosong?"
"Bahagia itu sederhana." Katanya.
Tapi kenapa setelah sebulan penuh kita grind di Ramadan—ibadah, sahur, buka puasa bareng, dan euforia malam takbiran—semua tiba-tiba berakhir dan malah terasa hampa?
Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu? ✅ Udah kejadian.THR? ✅ Udah ludes.Makanan enak? ✅ Udah masuk perut.Keluarga? ✅ Udah pada balik ke rutinitas masing-masing.
Dan sekarang? Lo duduk sendirian, scroll HP, dan muncul pertanyaan:"Lah, kok gini doang?"
🧐 Fenomena ‘Post-Lebaran Blues’ Itu Nyata
Lo bukan satu-satunya yang ngalamin ini. Dalam psikologi, fenomena ini disebut Post-Holiday Syndrome, perasaan kosong dan kehilangan arah setelah momen besar berakhir (Psychology Today).
Kenapa bisa kejadian?
1. Dopamin Crash: Dari High ke Low
Ramadan dan Lebaran itu kayak rollercoaster emosi. Dari excited sahur bareng, feel damai tarawih, sampai puncaknya—momen kemenangan.
Ketika lo merayakan sesuatu yang besar, otak lo dibanjiri dopamin (hormon kebahagiaan). Masalahnya? Begitu Lebaran selesai, dopamin anjlok dan otak lo kayak:
"Eh, mana lagi nih keseruannya?"
Menurut riset dari Harvard Medical School, manusia cenderung mengalami dopamine withdrawal setelah periode kebahagiaan yang intens (Harvard Health).
2. Rutinitas yang Hancur
Sebulan penuh lo punya ritme hidup yang beda—bangun sahur, puasa, ibadah lebih banyak. Sekarang?
Bangun kesiangan.
Gak ada sahur.
Balik ke kerjaan yang ngebosenin.
Otak lo masih nyari “makna” yang seminggu lalu masih terasa jelas.
"Kita adalah budak kebiasaan kita." — Aristoteles
Dan ketika kebiasaan itu tiba-tiba berubah drastis, otak lo kebingungan. Menurut teori habit loop dari MIT Neuroscience, manusia membentuk pola kebiasaan dalam 21-66 hari, sehingga perubahan mendadak bisa menyebabkan kebingungan dan stres (MIT Research).
3. Ekspektasi vs Realita: Harapan Hancur
Sejak kecil, kita diajarin kalau Lebaran itu puncak kebahagiaan. Tapi pas udah gede?
THR cuma numpang lewat.
Konflik keluarga tetap ada.
Reuni cuma basa-basi.
Setelah Lebaran, masalah tetap sama.
Ilusi ini dijelaskan dalam teori Expectation-Disconfirmation Theory, yang menyebut bahwa semakin tinggi ekspektasi seseorang terhadap suatu kejadian, semakin besar kemungkinan mereka kecewa jika realitasnya gak sesuai (Journal of Consumer Research).
4. Ilusi Koneksi Sosial: Kebersamaan Sementara
Pas Ramadan & Lebaran, kita dikelilingi banyak orang—buka bareng, silaturahmi, reuni. Tapi setelah itu? Kesepian menendang balik.
"Kita tertawa bersama, tapi menangis sendirian."
Lo sadar, kebanyakan dari mereka cuma “hadir” di momen tertentu. Setelah itu? Mereka balik ke hidup masing-masing, dan lo kembali sendiri.
Menurut studi di University of Chicago, manusia lebih rentan merasa kesepian setelah mengalami lonjakan interaksi sosial dalam waktu singkat (National Institute on Aging).
🤯 Konspirasi Elegan: ‘Siklus Candaan Semesta’
Bentar… Jangan-jangan ini semua udah di-setting?
Gini, bro… Hidup kita dikontrol siklus. Dari hype tinggi ke crash parah.
Ramadan = High dopamine phase
Lebaran = Climax dopamine rush
Setelah Lebaran = Dopamine withdrawal
Hasilnya?Lo ngerasa ada yang salah, ada yang hilang. Tapi sistem udah ngajarin lo buat “ngelewatin” fase ini tanpa banyak mikir. Besok udah kerja, udah sibuk lagi.
Kita dikasih “puncak kebahagiaan” sesaat, cuma buat dijatuhin lagi. Siklus ini terus berulang, setiap tahun.
Menurut riset American Psychological Association, manusia cenderung hidup dalam pola siklus emosi yang berulang, karena sistem otak yang selalu mencari "puncak pengalaman" lalu mengalami fase "kekosongan" (APA Research).
💡 Lo Juga Kena, Kan?
Jadi, kalau lo ngerasa kosong setelah Lebaran… It’s not just you.Kita semua ada di siklus ini. Kita semua pernah berharap kalau Lebaran bakal jadi “penyelesaian”—tapi kenyataannya? Hidup tetap berjalan, dan kekosongan itu tetap ada.
Tapi, sadar itu langkah pertama. Lo bisa keluar dari siklus ini.
Caranya?
✅ Bikin makna sendiri. Jangan nunggu Lebaran buat bahagia. Ciptakan momen-momen kecil yang berharga setiap hari.
✅ Jangan kejar dopamine doang. Kebahagiaan bukan cuma soal momen puncak. Kadang, justru ada di rutinitas kecil yang lo remehkan.
✅ Sadari bahwa semua ini ilusi yang kita setujui. Lo bisa ambil kontrol kapan aja.
🔥Sekarang Pilihannya Ada di Lo!
"Manusia tidak dikontrol oleh keadaan. Manusia dikontrol oleh caranya merespon keadaan." — Viktor Frankl
Jadi, pertanyaannya sekarang: Lo masih mau terjebak di siklus ini, atau lo mau ambil alih hidup lo?
🔄 Pernah ngerasain ‘kosong’ setelah Lebaran? Share pengalaman lo di komen! Jangan-jangan kita semua sebenernya lagi kena “prank semesta” yang sama…
Comments