Revolusi musik yang dilakukan band asal Liverpool, Inggris The Beatles yang sukses
menembus pasar musik Amerika yang dikenal dengan “BRITISH INVASION”, membawa
pengaruh yang cukup besar bagi group - group band asal Ingris lainnya sehinnga
dapat dikenal oleh publik Amerika lagu - lagu mereka pun dapat masuk chart musik
di negeri Paman Sam. Tak terkecuali Led Zeppelin dan Deep Purple group musik yang
beraliran rock juga sangat digemari di Amerika, sebagai catatan sebuah group musik
atau penyanyi jika tidak dapat menembus pasar musik Amerika pada masa itu dan
sekarang maka bisa dipastikan akan sulit untuk mendunia. Popularitas Led Zeppelin
dan Deep Purple yang begitu besar membuat dunia dilanda “Rock Fever”, di rentang
tahun 1970 -an.
Pada tahun 1975 tepatnya di bulan Desember, Denny Sabrie seorang jurnalis musik
menggandeng promotor musik mendatangkn Deep Purple ke Indonesia melakukan
tour show 2 hari berturut – turut di stadion utama Senayan, Jakarta. Kehadiran Deep
Purple semakin menguatkan demam rock ditanah air. Kedatangan band tersebut
membuka mata banyak musisi tanah air pada saat itu tanpa terkecuali Oma Irama
dan Soneta.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah musik ternama saat itu, majalah
Aktuil, Oma pun tanpa ragu menyebut show Deep Purple membuat matanya
terbuka. “Gua nonton dua hari bersama seluruh personil Soneta, dengan maksud
supaya mereka tahu dan belajar bagaimana caranya meraih simpati penonton.
Kayak Jon Lord sewaktu dia memainkan lagu Padamu Negeri semua penonton
terdiam sejenak. Itu sangat luar biasa”, pungkas Oma Irama
Wabah rock fever yang melanda negeri menjadi trigger bagi Oma Irama dan Soneta untuk
melakukan perubahan pada musik melayu agar bisa seimbang dan kompetitif dengan
musik rock. Oma Irama dan Soneta melakukan perombakan besar – besaran terhadap
musik Soneta yang bergenre melayu, Oma dan Soneta melihat peluang musik rock yang
begitu diminati masyarakat lantas mengawinkan musik melayu dengan musik rock sehingga musik melayu lebih dinamis dan aktratif sama seperti musik rock. Dengan O.M Soneta akhirnya Oma memulai daya eksplorasinya, “Saya putuskan bersiasat. Orkes Melayu saya beri sentuhan hard rock. Pokoknya, saya harus bersaing dengan musisi rock! Saya memasukkan nafas hard rock ke dalam komposisi lagu Melayu. Irama Melayu yang
mendayu saya ganti dengan ketukan hard rock yang cepat. Saya gunakan efek vokal
ala Deep Purple. Irama tabla India dengan ciri khas gendang dan suling juga saya
sisipkan. Lirik lagu Melayu yang pesimistis pun saya ubah menjadi dinamis.”
“Agar adonan musik ini sempurna hasilnya, jumlah alat musik saya modikasi. Peralatan
orkes standar tidak cukup. Saya nekat menambahkan dua gitar elektrik, bas elektrik,
drum, keyboard, dan organ. Saya juga mengemas pertunjukan dengan atraksi panggung,
” papar Oma dilansir dari artikel “Balada Raja Dangdut” via Tempo. eksperimen Oma Irama dan OM. Soneta sejak tahun 1972 hingga 1975 inilah yang menjadi tonggak lahirnya genre dangdut. Formula Oma meledak, Orkes Melayu telah bertransformasi ke dalam format baru yang segar. Tidak ada istilah dangdut sebelumnya hingga pada suatu saat sebuah tulisan di majalah Aktuil yang sebenarnya sebuah celaan menyebut istilah dangdut bagi musik hasil transformasi Orkes Melayu ini.
Apa yang dilakukan Oma Irama sebagai leader dari Soneta adalah sebuah usaha untuk
membendung kedigdayaan musik rock yang begitu kokoh mencengkram setelah revolusi
musik yang dipelopori The Beatles. Ada hal menarik yang bisa kita cermati entah sebuah
kebetulan atau tidak yang jelas ada Sequel atau kelanjutan dari revolusi musik yang
dilakukan oleh The Beatles dengan revolusi musik yang dilakukan Oma Irama dan Soneta.
The Beatles membuka jalan bagi Led Zeppelin dan Deep Purple untuk menabur rock fever
sementara Oma Irama dan Soneta merevolusi musik melayu menjadi sebuah genre baru
yaitu Dangdut untuk membendung “gempuran” rock fever di Indonesia, Mungkin ini bisa kita sebut bertemunya REVOLUSI MUSIK TIMUR DAN BARAT.
Comentários