“Music is not for fun but It's has a responsibility to ALLAH
and Human Beings”
Sebelum membentuk OM.Soneta, Oma Irama pernah membentuk group band Guy Hand, Tornado dan Varia Irama Melody ditahun 1965 yang membawakan lagu-lagu pop milik golden singer Tom Jones, Engelbert Humperdinck,Paul Anka, Andy Williams hingga Elvis Presley.
Lepas dari band tersebut Oma Irama berkarir secara solo dengan menjadi penyanyi dibeberapa group musik tercatat Oma pernah menjadi penyanyi digroup band de Galaxies pimpinan Jopie R. Item dan Zainal Combo Band dibawah pimpinan Zainal Arifn.
Diawal 1967 bersama de Galaxies band merilis satu album yang berjudul “Djangan Kau Marah” dengan pasangan duet Ineke Kusumawati yang di produksi oleh Canary Record dan ditahun 1968 bersama Zainal Combo band menelurkan
4 Album pop dan 1 album melayu dengan judul album:
1) Djangan Dekati Aku dengan pasangan duet Lili Junaedhi
2) Di Rumah Sadja dengan pasangan duet Ineke Kusumawati
3) Sip – Sipan Bedue dengan pasangan duet Ineke Kusumawati
4) Tjinta Ku Di Surabaya dengan pasangan duet Lili Junaedhi
5) Pendekar Melayu dengan pasangan duet Elvy Sukaesihdan Lili Sjarif
Djangan Dekati Aku, Sip – Sipan Bedue dan Tjinta Ku Di Surabaya diproduksi
Bali Record. Sedangkan untuk album Di Rumah Saja diproduksi Canary record.
Ditahun yang sama 1968 Oma Irama juga menyumbang suara di album
Pelita Hidup iringan orkes melayu Chandraleka. Pada tahun 1969 hingga akhir
1970 Oma Irama bergabung dengan beberapa Orkes Melayu antara lain:
1. Orkes melayu Purnama pimpinan Awab Abdulah,bersama OM Purnama, Oma Irama menelurkan beberapa album:
- Ke Binaria
- Melody Cintaku
- Usah Diganggu
- Malam Cemerlang
2. Orkes Melayu El Sitara pimpinan Ellya Khadam, melahirkan album - Indandip
- Tukang Ramal
- Anak Pertama
- Sayonara
3 Orkes Melayu Pantjaran Muda pimpinan. Zakaria, melahirkan albumDi Dalam Bemo
4 Orkes Melayu Prahasta pimpinan. Murad Harris, melahirkan album Django
- Bertamu
- 1 Antara 2
Menjelang akhir tahun tepatnya 11 DESEMBER 1970, bertempat di jalan Seno
Tebet Barat Jakarta Selatan, Oma mengajak 7 orang temannya membentuk
group musik yang ia beri nama Soneta atau Orkes Melayu SONETA disingkat
OM SONETA, nama Soneta sendiri diambil dari salah satu bentuk kesusastraan
yang muncul sejak pertengahan abad ke-13 di kota Firenza, Italia. Soneta
berasal dari kata Sonneto dalam bahasa Italia. Ketertarikkan Oma Irama pada
kesusastraan membuat dirinya menamakan group musik bentukkannya
dengan nama Soneta dengan punggawa sebagai berikut:
1) Oma Irama (vocalist & lead guitar)
2) Riswan (keyboardist)
3) Wempi (rhythm guitar)
4) Nasir (mandolinist)
5) Herman (bassist)
6) Kadir (gendang)
7) Ayub (tamborine)
8) Abdul Hadi (suling)
kedelapan orang ini mengawali perjalanan luar biasanya dari pangung kepanggung. hingga pada tahun 1972 meraka baru mendapatkankontrak rekaman untuk album pertama meraka
yang berjudul Ratu dan Radja dengan mengaet Elvy Sukaesih sebagai teman duet Oma Irama proses rekaman album tersebut di Metropolitan studio yang sekarang kita kenal dengan nama Musica studio, album tersebut diproduksi oleh record label kenamaan pada saat itu yaitu Bali Record.
Ditengah proses pembuatan album Ratu Dan Raja, Oma terpilih mewakili Indonesia sebagai penyanyi pria untuk ikut ajang Festival Southeast Asia Pop Singer, di Singapura tahun 1972, Oma berhasil membawa pulang gelar juara 1 dengan menyanyikan lagu hits Tom Jones yang berjudul I Who Have Nothing.
Album ini juga menjadi jalan pembuka bagi Orkes Melayu (O.M) SONETA dalam mengeluarkan karya-karya terbaik mereka yang hingga saat ini masih sering didendangkan oleh masyarakat Indonesia khususnya para pecinta dangdut.
Pada tahun 1973 OM SONETA, merilis beberapa album dengan judul Pemburu,
Risalah Penyanyi, Janda Kembang dan Tiada Lagi, dengan label record yang s
ama yaitu Bali Record.
pada tahun yang sama Oma dan punggawa OM.SONETA mendeklarasikan
diri mereka sebagai “The Sound of Moslem“ tepatnya pada 13 Oktober 1973,
dilatar belakangi keresahan Oma Irama dalam bermusik sebagaimana yang
diutarakannya,“selama bermusik, sebelum itu saya merasa resah dengan kondisi
pergaulan di musik, karena saat itu semua personil musik itu biasa dengan drunk,
mabuk – mabukkan dan sebagainya kemudian tarikush sola (meninggalkan sholat)
jadi jarang sekali musisi melakukan sholat secara tertib lima waktu, kalaupun kita
sholat itu menjadi ejekkan gak seniman banget loe dan juga ada pergaulan
bebas di musik itu, nah dari sini sering kali saya berdoa kepada ALLAH SWT. Yaa
ALLAH seandainya bakat musik ku hanya memperlebar jalan ke neraka tolong
dicabut bakat musik ini tapi seandainya ENGKAU bisa membimbing aku kepada
keridhoan MU dalam bermusik bimbinglah aku. Nah dari situlah, maka saya
bertekad untuk menjadikan musik ini tidak lagi berembel – embel hal – hal yang
haram seperti meninggalkan sholat, harus mabuk – mabuk, pergaulan bebas dan
sebagainya. Maka pada tanggal 13 Oktober 1973 kita deklarasikan Soneta
The Sound of Moslem.” Tegas Oma Irama.
Pasca deklarasi The Sound of Moslem, ketika pentas OM Soneta sebelum memainkan lagu membuka dengan ucapan salam “Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.”, ini adalah sesuatu yang baru dan jihadpertama kali dilakukan dipanggung musik. pada saat itu sepertinya tabu mengucapkan salam sebagaimana yang dilakukan Oma Irama sebelum memulai pertunjukkan bersama OM Soneta.
Kesuksesan OM. Soneta menarik minat Remaco (Republic Manufacturing Company Limited) perusahaan rekaman milik Eugene Timothy untuk mengontrak OM Soneta dari tahun 1974 hingga tahun 1975. Remaco yang sebelumnya banyak memproduksi lagu – lagu berirama pop dari group musik terkenal ditanah air seperti Koes Plus, Mercy's, D'lloyd, Favoriet's, Panbers, Bimbo, The Crabs, dan lain-lain. Di Remaco OM. Soneta menelurkan 6 album yang kesemuanya direkam dalam format rilisan piringan hitam atau PH.
Bersambung Part 2
good