Panggung Dibuka: Sang Mastermind di Balik Synth

Lampu meredup. Suasana tegang bercampur ekspektasi. Semua mata tertuju ke tengah panggung, di mana Eka Gustiwana berdiri di belakang synth-nya. Tangannya menyapu tombol-tombol, menciptakan atmosfer dreamy yang membungkus seluruh studio.
Layar raksasa di belakang menampilkan potret AI Sabrina dengan nuansa ungu mistis. Kamera mulai berputar 360 derajat, menangkap setiap detik magis dari berbagai angle. Detik ini, semua tahu, sesuatu yang luar biasa akan terjadi.
“Kalau ngomongin reinterpretasi band, ya nggak afdol kalau nggak ada Dewa 19.” — Fabian Dharmawan, Senior Vice President Production RCTI.
Fabian nggak mau setengah-setengah. Lagu “Roman Picisan” dipilih, tapi tantangannya gede: gimana caranya supaya nggak terdengar seperti versi asli?
“BPM asli lagu ini terlalu cepat, improvisasi jadi susah. Akhirnya, gue sama Eka sepakat buat ngelambatin temponya.”
Eka Gustiwana di ruang produksinya. Mata fokus, tangannya sibuk meracik sound.
“Chord-nya agresif, berpindah cepat. Ini tantangan buat Sabrina. Gue bikin konsep dreamy, atmospheric supaya bisa diterapkan di 6/8. Ada arpeggio khas, pad dari Serum, dan drum khas future bass. Ditambah automation dan shaper box buat efek ‘ngambang’. Dan... satu lagi.” Eka menoleh. “Lirik ‘Malam-malamku bagai...’ Itu sakral. Gue kasih sentuhan harpsichord, dulcimer, dan Zenology.”
Sabrina: The Boss of Magic Has Arrived
Dari balik bayangan, Sabrina melangkah masuk. Jas biru elegannya memantulkan cahaya, dengan dalaman hitam yang kontras. Kalung emas besar di lehernya berkilau seperti artefak kuno. She’s the boss of this magical vibes.
Mimik wajahnya tajam. Setiap suku kata yang dilantunkan terasa menusuk ke dalam hati. Bibir merah meronanya menggetarkan lirik, membius penonton. Teh Ocha sampai terdiam terpana, Maya tidak bisa menahan diri dari ikut bergoyang di kursinya. Baru 24 detik pertama, tension sudah naik gila-gilaan.
Reff Meledak: Magic dalam Beat yang Membakar!
Saat beat drum masuk, ruangan meledak dalam ekstasi. "Cinta ku tak harus miliki dirimu"—barisan kata yang menghujam seperti panah emosi. Suasana tegang dari verse pertama akhirnya dilepaskan, memberikan rasa lega yang membuncah.
Dramatis. Lirik mengalir bersama delay vokal Sabrina, menciptakan ambience yang menggantung. Tapi ini bukan momen istirahat. Sepersekian detik kemudian, Sabrina mengguncang panggung dengan tarian ekspresifnya. Tidak berlebihan, tetapi cukup untuk mengukuhkan sex appeal yang menghanyutkan.
Di layar, tampilan AI bergerak mengiringi musik. Seolah-olah dunia lain sedang terbuka, di mana musik, visual, dan energi Sabrina menyatu dalam harmoni yang nyaris mistis.
Part Signatur: Malam Seribu Bintang, Malam Seribu Getaran!
Semua lampu mati kecuali satu sorot tepat di atas kepala Sabrina. Momen ini sakral.
“Malam... malam ku bagai…”
Penonton terdiam.
Sabrina menarik napas, memainkan nada "malam... malam ku" seperti yang diarahkan Meltho. Lembut, tetapi menusuk. Vokalnya bergelayut di udara, menggantung tanpa gravitasi.
*“Gue kasih kebebasan Sabrina explore vokalnya. Tapi pas masuk ‘Malam-malamku...’ gue tambahin sedikit improvisasi biar nggak boring. Sisanya? *Full power, high falsetto, sampai akhir lagu.” — Meltho, Vocal Director.
Dan tiba-tiba, BEAT MELEDAK!
Clap penonton menyatu dengan ketukan drum yang terbangun bersama. Bahkan Maia pun tak kuasa menahan diri, ikut membangun tempo dengan tepukan tangannya. Ini bukan lagi sekadar lagu. Ini ritual.
Ending yang Gokil: Duet dari Dimensi Lain!
Sabrina menyelesaikan tarian terakhirnya, lalu berjalan menuju Eka.
Mereka saling bertatapan, lalu Sabrina melemparkan shout-out:
“INDONESIA! EKA GUSTIWANA!”
Saat melody khas Dewa 19 dimainkan oleh Eka, Sabrina melarikan suasana dengan tarian terakhirnya. Tidak ada dancer, tetapi energinya sudah cukup untuk menenggelamkan semua yang hadir dalam atmosfer magis ini.
Dan BOOM! Semua lampu mati. Ending yang sempurna.
Komentar Juri: Standing Ovation & Mimpi yang Jadi Nyata!
BCL berdiri. Mata berkaca-kaca. Teh Ocha tidak sabar bertanya ke Eka, “Gimana menurutmu Sabrina?”
Eka tersenyum, lalu menjawab, "Ini lagu tersulit yang pernah ada. Tapi Sabrina, dia bisa. Dia menaklukkannya."
Teh Ocha mengangguk, "Sabrina itu komplit."
Maia, yang terkenal tegas, mengakui, “Meski tanpa dancer, dia bisa ugal-ugalan. Tapi, kontrol vibranya perlu lebih diperhatikan.”
Ada sedikit debat. BCL berpendapat bahwa effort Sabrina untuk menguasai panggung seorang diri itu luar biasa. Apalagi saat part 'Malam... malam ku'—momen itu hampir membuatnya menangis.
Dan ketika ditanya apa wildest dream-nya, Sabrina menjawab dengan mantap:
“Ke rumah Michael Jackson.”
Ternyata sejak umur 8 tahun, dia selalu mendapat kado kaset MJ setiap ulang tahun. Dialah yang membentuk karakter panggung Sabrina hari ini.
Tanpa ragu, Teh Ocha langsung berjanji akan membelikan tiket pesawat untuk Sabrina!
“Aku ingin jadi bagian dari mimpimu,” katanya, disambut gemuruh tepuk tangan.
Malam itu, bukan hanya Sabrina yang membuat magic. Tapi semuanya—dari aransemen Eka, energi panggung, hingga juri dan penonton—menjadi bagian dari keajaiban itu.
Dan itulah yang membuat Indonesian Idol 2025: Idon and The Beat X Eka Gustiwana, menjadi malam yang tidak akan pernah terlupakan.
Comments