Fakta Mengejutkan di Balik Tren Diet Viral yang Tidak Dibahas di TikTok
Dalam era digital, TikTok menjadi salah satu platform utama di mana tren diet viral bermunculan. Dari diet ketogenik hingga "clean fasting," ribuan video menampilkan testimoni dramatis tentang penurunan berat badan. Namun, di balik klaim-klaim ini, ada fakta-fakta ilmiah yang sering diabaikan. Apa saja risiko tersembunyi dari tren diet ini? Artikel ini akan mengupasnya berdasarkan penelitian terkini dan pandangan para ahli.
1. Diet Ketogenik: "Membakar Lemak" atau "Mengorbankan Kesehatan"?
Fakta Viral: Diet ketogenik menjanjikan penurunan berat badan dengan menghilangkan karbohidrat hampir sepenuhnya.
Realita Ilmiah: Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Nutrition (2023) menemukan bahwa diet rendah karbohidrat dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL pada beberapa individu, meningkatkan risiko penyakit jantung. Selain itu, efek "keto flu" — kelelahan, mual, dan iritabilitas — sering diabaikan dalam video TikTok.
Kasus Nyata: Seorang influencer asal Jakarta, Andini (25), mencoba diet keto selama tiga bulan. Meski berat badannya turun 7 kg, ia akhirnya didiagnosis dengan gangguan elektrolit akibat konsumsi lemak yang terlalu tinggi.
Insight Ahli: "Diet keto mungkin efektif dalam jangka pendek, tetapi tidak ideal untuk kesehatan jangka panjang," kata Dr. Rani Utomo, ahli gizi klinis.
2. "Clean Fasting": Benarkah Aman?
Fakta Viral: "Clean fasting" hanya mengizinkan konsumsi air, teh, atau kopi tanpa gula selama 16 jam sehari.
Realita Ilmiah: Menurut sebuah meta-analisis di Obesity Research (2024), puasa intermiten memang dapat meningkatkan sensitivitas insulin, tetapi juga bisa menyebabkan gangguan makan pada individu rentan. Efek samping lain termasuk penurunan massa otot dan gangguan hormonal, terutama pada wanita.
Tabel Perbandingan:
Aspek | Clean Fasting | Diet Seimbang |
Penurunan BB | Cepat (1-2 minggu) | Stabil (berbulan-bulan) |
Risiko Kesehatan | Gangguan hormonal | Minim |
Efek Jangka Panjang | Tidak konsisten | Terbukti aman |
3. Diet "What I Eat in a Day": Inspirasi atau Ilusi?
Fakta Viral: Video "What I Eat in a Day" menunjukkan pola makan harian seorang influencer.
Realita Ilmiah: Konten ini sering kali tidak mencerminkan kebutuhan nutrisi individu lain. Meniru pola makan influencer tanpa mempertimbangkan kebutuhan kalori atau aktivitas fisik dapat berujung pada defisit nutrisi. Misalnya, seorang pria dewasa membutuhkan sekitar 2.500 kalori per hari, sementara banyak video hanya menunjukkan konsumsi 1.200-1.500 kalori.
Cerita Nyata: Indra (30), seorang pekerja kantoran di Bandung, mencoba mengikuti pola makan seorang influencer. Hasilnya, ia merasa lemas dan kehilangan fokus di tempat kerja.
Komentar Ahli: "Kebutuhan nutrisi setiap orang berbeda. Jangan pernah meniru pola makan tanpa berkonsultasi dengan ahli gizi," ujar Dr. Maria Santi.
Mengapa Informasi Ini Tidak Viral di TikTok?
Algoritma TikTok: Konten dengan narasi emosional dan hasil instan cenderung lebih viral daripada edukasi berbasis fakta.
Kurangnya Edukasi: Banyak pengguna tidak menyadari bahaya dari diet ekstrem.
Bias Sumber: Sebagian besar kreator tidak memiliki latar belakang di bidang kesehatan.
Tips Memilih Diet yang Sehat
Konsultasi dengan Ahli Gizi: Jangan hanya mengandalkan internet.
Cek Fakta: Cari informasi dari jurnal ilmiah atau sumber terpercaya.
Fokus pada Keseimbangan: Diet terbaik adalah yang bisa Anda pertahankan dalam jangka panjang.
Penutup
Tren diet viral di TikTok mungkin tampak menarik, tetapi penting untuk melihat lebih dalam dan memahami fakta ilmiah di baliknya. Jangan sampai terjebak dalam janji manis yang justru merugikan kesehatan Anda. Edukasi diri Anda dan pilihlah pola makan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Anda punya pengalaman dengan tren diet tertentu? Bagikan di kolom komentar!
Comments